Oleh : Munawir aziz
Kaum Samin menjadi tanda dan simbol dalam pro-kontra pembangunan pabrik semen di Sukolilo, Pati, Jawa Tengah. Kontroversi pembangunan pabrik semen ini menimbulkan derak kegelisahan. Penerus Samin Surosentiko, yang bermukim di Dukuh Bombong, Baturejo, Kecamatan Sukolilo, ini berani menyuarakan aspirasi dan menyuguhkan kearifan tentang pengelolaan lingkungan. Kaum Samin berani mempertahankan pendapatnya di tengah kepungan pernyataan pejabat, analisis pakar lingkungan, dan sorotan kamera jurnalis.
Bahkan, kaum Samin beraudiensi dengan Gubernur Jateng Bibit Waluyo untuk mencari jalan tengah rencana pembangunan pabrik semen. Di tengah krisis ekologis dan badai bencana alam yang mengancam kehidupan, gerakan kaum Samin dalam mendukung alam sekitar tetap hijau, patut mendapat apresiasi tinggi.
Kaum Samin tak mengenal istilah biologi dan term kimia yang melangit, serta awam dari metode konservasi alam dengan alat canggih. Kearifan kaum Samin yang dibalut dengan kesadaran untuk mengerti kemauan alam, menjadikan filosofi kehidupan kaum Samin terasa menyejukkan. Filosofi kehidupan yang menyuguhkan konsep, hidup adalah berbuat, menjadi nyata dalam konteks perilaku sosial kaum Samin.
Warga Samin bicara dalam medan dan media yang sempit, tetapi penuh arti. Kehidupan yang penuh dengan kearifan ini mengajarkan kepada komunitas dan generasi penerus untuk berbuat, bukan berangan-angan.
Namun, peristiwa penyanderaan tim Semen Gresik (SG) di Desa Kedumulyo, Sukolilo, Pati, 21 Januari lalu, menjadi gerbang terbukanya konflik lebih meluas. Ratusan warga meminta kejelasan dialog dengan unsur pemerintah desa, pemerintah daerah, dan SG terkait pembangunan tapak pabrik semen, terlibat konfrontasi. Setelah konflik, sembilan warga ditahan pihak keamanan.
Di tengah arus pro-kontra semen, kaum Samin sebagai simbol dalam arus komunikasi, lobi, dan literasi. Selama ini, dalam berbagai event yang terkait pro-kontra semen, kaum Samin hanyut terlibat. Dengan demikian, Samin tak hanya menjadi obyek, tetapi telah berganti sebagai subyek.
Dalam gerakan yang melibatkan pihak pro-kontra, warga Samin tak hanya mengoperasikan budaya tanding, tetapi sudah beranjak melampaui tradisi revivalis. Konsep inilah yang diletupkan warga Samin dalam membela kehijauan lingkungan di sekitar kediaman mereka.
Warga Samin, dalam bahasa Driyarkara (1980), sadar dalam mendukung terbentuknya "manusia budaya" (culturele mens). Menurut Driyarkara, kalau manusia sudah berpikir kosmos, dia sudah berkebudayaan. Gerakan sadar akan keseimbangan alam ini menjadi medan tercapainya pemikiran kosmos.
Fungsi ekologis Rencana penambangan semen di sekitar Pegunungan Kendeng, menjadi tapal batas kesadaran manusia terhadap kelestarian lingkungan. Pembangunan pabrik semen di daerah Pati Selatan perlu dijernihkan dengan mengintensifkan dialog berbasis kearifan dan kebudayaan.
Selama ini, dialog yang diselenggarakan oleh berbagai LSM, ormas, pengusaha, dan pemerintah seakan hanya menyentuh kulit luarnya saja, belum menyentuh persoalan yang kompleks. Materi dialog yang disentuh seakan sahih dalam konteks akademisi karena mengupas amdal, aspek ekonomi, dan politik. Medan kajian kebudayaan dan kesejahteraan warga menjadi timpang. Pendekatan kebudayaan dan transformasi informasi konkret terkesan hanya menjadi proyek sehingga warga menjadi bimbang dalam menangkap informasi.
Warga Pati dan sekitarnya hendaknya digerakkan untuk dalam bahasa Sindhunata masuk dalam alam anamnesis (sadar dan mengingat) tentang kearifan lingkungan. Pejabat dan pengusaha yang menangani rencana pembangunan pabrik semen Sukolilo, masih terasa berjarak jauh dengan warga. Kehidupan warga di sekitar Gunung Kendeng seakan "dipotret" dari jarah yang jauh. Jarak inilah yang harus dipersempit pemerintah, pengusaha, dan tim negosiator dari perusahaan semen.
Dalam catatan sejarah yang panjang, kehidupan kaum Samin dan warga sekitar Sukolilo memiliki pandangan hidup yang berbeda dengan penduduk di tempat lain. Di Sukolilo, pandangan hidup tradisional masih bercengkerama dalam jantung warga. Di tempat ini, terdapat beberapa makam dan petilasan leluhur yang dijaga sebagai benteng kearifan. Di Kecamatan Kayen, jejak kehidupan Saridin menjadi ruang sejuk dan inspirasi kehidupan warga. Dengan demikian, warga menjunjung tradisi dan kearifan terhadap lingkungan, sebagai perspektif hidup yang diyakini.
Selain itu, secara psikologis, di Pati muncul dikotomi Pati Selatan-Utara. Selama ini, Pati Utara dirasakan lebih unggul secara ekonomi dan sosial. Di Pati Utara, terdapat banyak lembaga pendidikan bonafide, lembaga ekonomi, dan berbagai industri. Sementara itu, Pati Selatan dipenuhi dengan lahan pertanian yang sering digempur banjir. Akibatnya, daerah ini miskin pemuda karena lebih suka bertandang ke kota besar untuk merebut kesejahteraan.
Rencana pembangunan dan investasi pabrik semen dimaknai sebagai gerbang terbukanya kesejahteraan. Hal inilah yang seharusnya dijernihkan dalam pandangan hidup warga di sekitar Pegunungan Kendeng. Berbagai ersoalan ini hendaknya menjadi tinjauan dasar dalam menyelenggarakan dialog kebudayaan.
Perlawanan kebudayaan akan selalu menampilkan cara atraktif agar fokus pada tercapainya aspirasi. Kearifan lingkungan yang menjadi pesan dialog kultural kaum Samin, menyuguhkan perbaikan kesadaran untuk menjaga alam di tengah krisis global.
Pada titik ini, pemerintah dan pengusaha perlu menengok kembali ruang dialog yang selama ini kering dengan nilai-nilai moral dan kesadaran diri. Political will pemerintah yang berpihak pada kesejahteraan masa depan bangsa menjadi taruhan penting visi "Bali Desa, Mbangun Desa", yang didengungkan Gubernur Bibit Waluyo. Jangan sampai, visi yang canggih, dengan aktualisasi timpang, akhirnya hanya mengkhianati impian kesejahteraan warga kecil.
Kepedulian dan intensifikasi dialog berbasis kebudayaan akan menjadi medium efektif tercapainya kesejahteraan warga, tanpa perlu membunuh potensi flora-fauna dan menikam kelestarian alam. Sebagai simbol dan tanda, kaum Samin dapat digerakkan sebagai pengusung kampanye kearifan dan jembatan mediasi konflik untuk mengubur kekerasan dan rentetan tragedi yang menikam warga Pati.
_________________________
*FORUM Kompas, 25 Pebruari 2009
Artikel Terkait: