Mengenai surah An-Nisa' ayat 19 diatas, Ibnu Abbas berkata,
"Hendaklah kamu menyayangi lalu kamu peroleh anak dari-nya dan keberadaan anak itu mengandung kebaikan yang banyak" pendapat Ibnu Abbas ini mengingatkan agar kita memperhatikan dengan seksama antara anak dan
istri. Walaupun ternyata seorang istri lebih banyak faltor yang tidak disukai, bisa jadi
khayran katsiran (kebaikan yang banyak) terletak pada anak yang akan ia lahirkan nanti. Mungkin
anak itulah yang akan membawa
keberkahan yang berlimpah bagi ayahnya.
Terkadang kebiasaan istri tidak sesuai atau bahkan tidak disenangi oleh si suami, karena memang secara psikologis kebih dominannya aspek efektif (emosi, perasaan) pada
wanita, sedangkan laki-laki lebih sering menggunakan aspek
kognitif (logika atau pikiran). Seperti ketika kaum wanita berada di toko atau di pasar dan sedang memilih barang yang akan dibeli, ditimang-timang, dibolak-balik, diraba dan diterawang. Apalagi jika ada teman yang juga sesam wanita. Wanita lebih sering mudah cemburu daripada laki-laki. Untuk itu wanita lebih mudah rewel dan cerewet.
Boleh jadi beberapa kebiasaan wanita yang tidak disukai oleh laki-laki sebenarnya itulah yang membuat laki-laki
mencintai wanita. Sisi ketelatenan wanita cenderung tidak dimiliki oleh kaum laki-laki. Bagaimana pagi-pagi buta seorang istri harus sudah bangun, mulai merendam baju yang kotor, menyiapkan masakan, dan membersihkan rumah. Mungkin saja si suami masih tertidur pulas setelah sarapan telah siap. Maka sebaiknya diperhatikan pula keseluruhan sifatnya dan kebiasaan-kebiasaannya. Sang suami sebaiknya tidak menuntut istri bersikap seperti laki-laki, sebaliknya pula istri tidak menuntut suami menggunakan perasaan sebagaimana wanita. Tetapi keduanya akan saling melengkapi, sehingga terjalin keharmonisan
rumahtangga.