“Salma kamu jadi pindah besok kelas 2?”
“nggak tahu ya, tapi kayaknya sich abah kersonya gitu, alasannya kalo aku tetep di sini teruz aku kurang bisa berkembang, kamu tahu sendirikan dari MI sampe sekarang aku sekolah di sini!”
“duh......”
gerutu seorang anak yang akrab disapa Gus Daniel putra kyai Muslich yang mondok di Pon.Pes Al Hikmah, Gus Daniel nyantri dengan kyai Badrudin, kyai Badrudin sendiri adalah abahnya Salma kekasih Gus Daniel.
Semenjak Gus Daniel mendengar kalo Salma hendak di pondokkan abahnya di daerah jawa barat, Daniel bingung apa yang harus ia perbuat, Gus Daniel tidak mau kehilangan pujaan hatinya untuk yang kedua kalinya, ia tdak rela jika harus kehilangan dan berpisah dengan kekasih yang sangat ia sayangi, ia tidak mau jauh dengan Neng Salma, tapi apalah daya pribahasa sendiri berceloteh
“ada pertemuan pasti ada perpisahan”.
Semenjak mendengar kabar tersebut tempo hari lewat telepon, Gus Daniel menjadi seorang yang pendiam dan selalu murung wajahnya, padahal ia terkenal santri yang paling mbanyol (lucu) diantara santri yang lain meski ia menyandang predikat Gus tapi rasa solidaritas, kesetiakawanan yang tinggi selalu ia utamakan, tapi yang ada sekarang adalah Daniel yang lemas, murung seperti tidak ada gairah untuk menatap kedepan.
Malam-malam Gus Daniel termenung berkhalawat di pojok Musholla pondok, ia bingung apa yang harus ia lakukan, tiap kali selesai sholat-pun ia curhat dengan Tuhan tentang apa yang harus ia lakukan, tak lepas dari itu semua hanya untaian syair Do'a yang terus ia alirkan dalam lantun wiridannnya.
Lama Ia termenung. Ia berinisiatif menulis surat untuk bertemu, lama ia berkutat merangkai kata untuk kekasihnya,
“uah...akhirnya selesai juga, besok pagi-pagi aku titipin sama mbak Nida waktu ada jadwal piket halaman ndalem” gerutu Gus Daniel.
Pagi-pagi ketika waktu Dhuha telah ufuk Gus Daniel menyelusup mencari mbak Nida yang biasanya lagi nyapu halaman ndalem,
“ah...itu apa orangnya baru keluar dari sarangnya he...he... Stt... Stt... Mbak..mbak Nida...Stt...Sini..”
“eh...sampean ada pa gus?”
“ni aku mo nitip buat Salma!”
“apa?”
“ini.....” sambil Gus Daniel mengangkat kertas surat warna merah muda dari dalem kantong kemejanya.
“Oo....ya udah taruh situ dulu aja, nanti saya ambil ntar kalau ketahuan abah bisa dimarahi” suruh mbak Nida, Gus Daniel-pun nurut saja, ditaruhnya surat didekat pot bunga.
“Mbak Nida....”
“ apa lagi....”
“makasih ya....” kata Daniel sambil membuang Kiss bye sama mbak Nida, mbak Nida hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah Gus Daniel. Kemudian setelah selesai membabat habis semua halaman ndalem mbak Nida ingat surat yang di itipkan kepadanya untuk neng Salma. ia mengambilnya kemudian masuk ndalem nyari Neng Salma,
“mbak Salma...!?!?”
“ada apa..?”
“ini ada titipan dari guse”
“guse sapa?”
“alah gayanya dak tahu, udah ini titipannya” lalu mbak Nida memberikan kertas Surat warna merah muda.
“ehem...ehem....hayo tak aturke Abah lho!”
“eh apa-apan sich mbak Nida ini” sambil cengar-cengir neng Salma lari kecil masuk kamarnya kemudDian dDia berjerembah dDiatas kasur sambil memandangi surat dari pujaan hatinya itu..sambil tak lepas dari rasa berbunga-bunga mulailah dDia membacanya,
to : Salma
Medesir mesra suara rajutan angin malam di bumi yang terpijak, laun-laun ku ingin sampaikan rinduku pada elokmu. Lama ketermenungan ini berzdikir namamu... Salma.. Salma... entah ini rindu yang ke berapa kalinya tapi sungguh tak akan bertepi barang sedetik-pun di hatiku... andai Tuhan izinkan aku ingin bermuajahah esok, aku rindu ingin bertemu karena mungkin kedekatan kita ini sebentar lagi akan paripurna tapi aku berharap tak menepis rasa kita yang telah kita rasa, getir, manis, asam, asinya asmara di atmosfer penjara suci pesantren ini. Tak luput ku senandungkan rasa rindu yang dalam hingga akhir pertemuan esok di tempat dulu saksi kebisuan kita tercurah.
From : Daniel
Setelah usai membaca Neng Salma senyam-senyum sendiri, entah apa yang ia banyangkan, ia rasakan, menunggu hari esok bertemu.
**********
Beberapa hari lagi akan diadakan acara purna siswa atau perpisahan untuk kelas 3 Aliyah, Neng Salma ikut ribut karena termasuk salah satu pengurs OSIS di MA Mahabbah. Dia sangat aktif sekali karena merasa waktunya cuma sebentar dan ini adalah wujud pengabdiannya di sini sebelum kepinhannya besok.
**********
Acara purna Siswa telah usai 2 hari yang lalu sekarang giliran diadakannya LPJ kepengurusan OSIS putri MA Mahabbah, acara berjalan sangat gayeng hingga akhirnya di adakannya pemilihan calon ketua OSIS periode depan yang hasilnya nanti akan diaturke mbah kyai untuk diIstikhorohkan untuk mendapatkan pemimpin yang tepat. Neng Salma juga terpilih dari 3 kandidat yang akan diberikan mbah Yai. Tapi ini semua tertepis dari pikirannya karena ia merasa akan pindah di pondokkan oleh mbah Yai di daerah jawa barat, tidak begitu banyak orang yag tahu masalah kepindahan–nya, Neng Salma hanya memilih untuk diam saja biar mereka tahu dengan sendirinya.
Hingga tiba pada malam hari itu Neng Salma ditimbali abahnya, sepertinya abah akan membicarakan sesuatu yang penting, lama sekali Neng Salma di ruang depan dengan Abah ditemani Umi. Entah apa yang mereka bicarakan tapi yang jelas dari raut wajah Neng Salma tersirat sesuatu yang aneh...???
Setelah sekian lama berada di ruang depan dhalem didawuhi Abahnya, Salma berfikir untuk segera ketemu dengan Daniel untuk memberi kabar penting menyangkut kepindahannya.
Hingga pada suatu senja dibawah rerimbunan pohon,
“Daniel aku ngajak kamu ke sini, ada sesuatu yang sangat penting yang perlu aku sampaikan sama kamu, entah ini nantinnya menjadi kabar buruk buat kamu ataupun sebaliknya yang jelas ini sangat mendesak sekali”
“ada apa ma? Apa soal kepindahanmu? Masalah itu aku sudah pasrah, tidak tahu lagi aku!”
“emmm....emmm...gini daniel, kemaren malam aku di timbali sama Abah sama Umi, aku sendiri awalnya bingung ada apa, sebelumnya ku ingin bilang sesuatu sama kamu!”
“ada apa ma?”
“sebelumnya aku mau bilang kalau aku sayang sama kamu Daniel, aku nggak mau pisah sama kamu walaupun pada awal aku tahu tentang kamu, kamu itu orangnya sombong, nyebelin, sok tahu pokoknya nggak ngenakin banget, tapi setelah aku tahu dari temen-temen kalau kamu beda dengan yang aku omongin entah angin apa yang membuat aku semakin penasaran sama kamu, akhirnya malam itu tiba juga sampai akhirnya kita kenal jauh sampai seperti sekarang ini. untuk itu aku mau ngucapin makasih atas semua yang telah kamu kasih ama aku, aku nggak bisa bales apa-apa!" suasanya hening.
kemudian Salma meneruskan pembicaraanya
"Jadi Abah mutusin kalo....kalo....”
“kalo apa ma?”
“kalo........kalo......”
“kalo apa ma? Sudahlah aku bakal ikhlas nerima semua yang terjadi” desak Gus Daniel.
Dengan raut muka sedih, Salma mengumpulkan semua daya untuk bilang,
“sebelumnya maaf banget Daniel aku nggak bermaksud apa-apa dan gimana-gimana, jadi abah kemaren malem mutusin kalo aku nggak jadi pindah tetep nerusin kelas 2 di sini dan kepilih sebagai ketua Osis untuk periode tahun depan”
“..........................”
“kok kamu malah bengong sich Daniel kamu nggak seneng ya denger berita ini”
“eh....ndak...ndak... aku malah seneng banget sampe nggak bisa bilang apa-apa, jadi bener ma kamu nggak jadi pindah?” sorak Gus Daniel.
“iya......”
Angin bertiup pelan-pelan menghembuskan dedaunan yang gugur seperti rasa antah berantah yang dirasakan dua orang anak manusDia ini didekat makam kyai Zuhdi simbah neng Salma.